Contoh detail d-wall dan ground angkur |
salah satu aplikasi d-wall pada proyek konstruksi |
Dalam mendesain sebuah jalan raya terkadang
ditemukan jalan dengan kelandaian yang tinggi yang diharuskan untuk membuat
sebuah dinding penahan tanah (DPT). Dinding penahan tanah merupakan solusi
untuk menahan pergerakan tanah akibat penggalian dan penimbunan. Akan tetapi
dinding penahan tanah hanya mampu dibuat dengan ketinggian yang terbatas yaitu
sekitar 5 meter untuk setiap elevasi tanah. Tidak cocok digunakan untuk kondisi
tanah yang elevasinya lebih ekstrim. Dan terkadang kekuatan dinding penahan
tanah dapat berkurang bila adanya aliran air yang berlebih yang membuat bidang
gelincir semakin besar. Salah satu teknologi yang mungkin dapat diterapkan
adalah dengan mendesain d-wall. D-wall hampir sama dengan dinding penahan tanah
tetapi lebih memiliki banyak keunggulan. Desain d-wall sangat cocok untuk
menahan tanah pada daerah ekstrim dan sempit. D-wall dibuat dengan desain
struktur beton bertulang dan sebuah ground
angkur. Konstruksinya mirip dengan dinding bangunan yang berada dikedalaman
tanah. Karena mirip dengan dinding bangunan d-wall juga memakai kolom-kolom
sepanjang bidang konstruksi. Semakin tinggi kualitas besi tulangan dan mutu
beton untuk d-wall semakin tinggi pula kualitas d-wall yang dihasilkan. Selain
dengan kekuatan beton bertulang d-wall juga di perkuat dengan adanya ground angkur. Angkur ini dipasang pada
d-wall dengan kedalaman tertentu. Pemasangan angkur dilakukan dengan prinsip beton
pra tegang. Jadi pada angkur terdapat kabel baja yang dipasang secara pra
tegang. Jumlah titik kabel ini berbeda-beda pada setiap angkur yang dipasang. Perbedaan
ini terletak pada kekuatan tanah yang akan diderita oleh d-wall. Semakin banyak
titik kabel pra tegang, semakin kuat d-wall yang hasilkan. Jarak antar angkur
pada d-wall dapat direncaanakan sesuai perencanaan kekuatan d-wall. Semakin pendek
jarak antar angkur d-wall akan semakin kuat. Jarak yang lebih umum dipakai
biasanya ± 1 meter. Pada titik angkur ini juga sebagai titik keluarnya air
tanah. Bila kandungan air tanah besar maka pada titik ini terus mengeluarkan
air. Jadi keluarnya air tanah sudah dapat diketahui sehingga tidak harus
membuat lubang-lubang saluran air sepanjang d-wall.
Pada d-wall juga dibuat sebuah stek yang langsung
dapat terhubung dengan dinding d-wall yang berfungsi sebagai penghubung atau
penyalur beban ke d-wall. Dengan kata lain d-wall juga dapat difungsikan sebagai
pondasi dengan langsung menghubungkan ke stek. Hal ini sangat membantu bila
keterbatasan lahan saat ingin membuat pondasi. Selain stek untuk penyaluran beban ke d-wall,
ada juga stek yang tertanam dari d-wall ke tanah disampingnya. Stek ke tanah
ini selain memperkuat d-wall juga menyalurkan beban ke tanah.
Perencanaan d-wall.
Sebelum mendesain d-wall terlebih dahulu melakukan
tes uji tanah untuk mengetahui kekuatan tanah yang akan dibuat d-wall. Hal ini
sangat penting pada semua desain konstruksi yang berkaitan dengan tanah karena
untuk mengetahui sejauh mana daya dukung tanah pada area tersebut. Setelah mengetahui
kekuatan tanah, tahap selanjutnya adalah merancang struktur d-wall. Perancangan
struktur ini menghasilkan ukuran dimensi, jumlah tulangan, diameter tulangan,
kedalaman maksimal dan lainnya yang berhubungan dengan struktur perancangan. Demi
keamanan (safety factor) digunakanlah
sebuah angkur yang ujungnya langsung tertancap pada tanah dan d-wall. Jumlah angkur
yang dipasang juga harus sesuai dengan perhitungan daya dukungnya. Pengecoran d-wall
dengan beton dilakukan dengan tanah sebagai bekistingnya. Jika besi tulangan
dan angkur telah terpasang pengecoran baru dapat dilakukan. Bila umur beton
telah mencapai umur maksimal pembongkaran bekisting d-wall sudah dapat dilakukan. Tentunya pembongkaran
dilakukan pada area tanah yang digali.
(@f4ozan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar