Kebutuhan air irigasi yang sangat besar tersebut
telah menimbulkan persaingan pemakaian secara kuantitatif maupun secara
kualitatif dengan kepentingan lainnya seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan
industri. Disisi lain terasa pula adanya keterbatasan ketersediaan air irigasi
baik aspek kwantitatif maupun aspek kualitatif, karena itu sejak dini harus
disiapkan berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan efesiensi air irigasi
dan meningkatkan nilai ekonomi air irigasi. Salah satu usaha untuk menghemat
air irigasi untuk pertanian adalah dengan penanaman padi sawah metode SRI (System of Rice Intensification).
SRI (System
of Rice Itensification) merupakan teknik budidaya padi yang mampu
meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah,
air dan unsur hara. Metode ini pertama kali ditemukan oleh biarawan Yesuit asal
Perancis bernama FR. Henri de Laulani, SJ Sekitar antara tahun 1983-1984. Oleh
penemunya metodologi ini selanjutnya dalam bahasa perancis dinamakan Le
System de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris
populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Ø
Prinsip-prinsip dasar
metode SRI
1. Pengolahan Tanah
Untuk
mendapat media tumbuh yang baik maka lahan diolah seperti tanam padi metode
biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25-30 cm sambil membenamkan sisa- sisa
tanaman dan rumput-rumputan kemudian digemburkan dengan garu sampai terbentuk
struktur lumpur yang sempurna lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat air
diberikan ketinggian di petakan sawah akan merata. Sangat di anjurkan pada
waktu pembajakan diberikan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk
hijau). Buatlah parit kecil disekeliling dalam dari petak sawah dan melintang
di tengah sawah. Parit ini berfungsi untuk mengendalikan air (drainase) dalam
petak sawah. Lebar parit 20 cm dan kedalaman tidak kurang 30 cm. Untuk mendapat
sistem drainase yang baik dan hasil optimal, petak sawah 2 hari sekali diairi
hingga macak-macak agar mikroba berfungsi secara maksimal karena memperoleh
udara (oksigen) yang cukup.
Pembuatan
parit sebaiknya dilakukan dalam keadaan tanah yang tidak berair dan agak kering
agar pembentukannya mudah serta tidak turun (longsor lagi).
2. Pemilihan Benih Bernas Dengan Larutan Garam
Untuk mendapat benih yang
bermutu baik/bernas maka perlu dilakukan pemilahan walaupun benih tersebut
dihasilkan sendiri maupun benih berlabel, yaitu dengan menggunakan larutan
garam dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
(1) Masukan air ke
dalam ember kemudian masukkan garam lalu diaduk sampai larut, jumlah garam
dianggap cukup bila telur itik dapat mengapung.
(2) Masukkan benih padi ke dalam ember kemudian
dipisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Selanjutnya benih yang
teggelam/yang bermutu dicuci air sampai bersih.
3. Perendaman Dan Penganginan Benih
Setelah uji benih selesai
proses berikutnya adalah sebagai berikut :
(1)
Benih yang bermutu (tenggelam) direndam
dalam air bersih selama 24 – 48 jam. (2) Setelah direndam,
dianginkan (ditiris) selama 24 – 48 jam sampai berkecambah.
4. Penanaman
Pola
penanaman metode SRI adalah bujur sangkar 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih
jarang lagi misalkan sampai 50 x 5 cm
pada tanah subur. Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak. Bibit ditanam
pada umur 5-15 hari (berdaun 2) setelah semai, dengan jumlah benih perlubang
satu (tanam tunggal) dan dangkal 1–1,5 cm serta posisi peranakan seperti huruf
L.
5. Pemupukan
Takaran pupuk anorganik (
kimia ) mengikuti anjuran dinas Pertanian/PPL Atau kebiasaan setempat. Dibawah
ini contoh pemupukan yang dilakukan pada demplot SRI di Pringgata MT – 12004/2005
sebagai berikut :
(1) Pemupukan 1 pada umur 7–15 hari
HST dengan dosis urea 125 kg/ha, SP-36 100 kg/ha.
(2) Pemupukan II pada umur 25–30 HST dengan dosis
urea 125 kg/ha.
(3) Pemupukkan III pada umur 35–40
HST dengan dosis ZA 100 kg/ha jika tanaman belum bagus.
Metode SRI sangat menganjurkan
pemakaian pupuk organik (pupuk kandang kompos atau pupuk hijau daun),
penggunaan pupuk organik selain memperbaiki struktur tanah juga bisa mengikat
air/menghemat air.
Ø
Pemberian Air Metode SRI
Secara tradisional penanaman padi
biasanya selalu digenangi air. Memang benar, bahwa padi mampu bertahan dalam
air yang tergenang. Namun sebenarnya air menggenang membuat sawah menjadi
hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar
padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa
berbunga. Saat itu akar mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati).
Keadaan ini disebut juga “senescence“,
yang merupakan proses alami, tapi menunjukan tanaman sulit bernafas, sehingga
menghambat fungsi dan pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, petani hanya memakai
kurang dari ½ kebutuhan air pada
sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga
tetap lembab selama tahap vegetatip, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen
bagi pertumbuhan akar.
Sesekali (mungkin seminggu
sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari
udara mampu masuk kedalam tanah dan mendorong akar untuk “mencari“ air.
Sebaiknya jika sawah digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta
kekurangan oksigen untuk dapat tumbuh dengan subur.
Dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di
petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0.5 cm), yang
dikombinasikan dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara
masuk kedalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehngga dapat menyerap
nutrisi lebih banyak. Pada sawah yang tergenang, di akar padi akan terbentuk
kantung udara (aerenchyma) yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun,
karena kantong udara ini mengambil 30-40
% korteks akar, maka dapat berpotensi menghentikan penyaluran nutrisi dari akar
ke seluruh bagian tanaman.
Penggenangan dapat dilakukan sebelum pengairan untuk mempermudah pengairan. Selain itu, pengairan air paling baik dilakukan
pada sore hari (bila hari itu tidak
hujan), sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokanharinya. Perlakuan ini membuat
sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari, sebaiknya
sawah yang digenangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang
berguna, dan hanya menyerap sedikit panas yang diprlukan dalam pertumbuhan
tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama
pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan sawah digenangi air 1-3
cm seperti yang diterapkan dipraktek tradisional. Petak sawah diairi secara
tuntas mulai 25 hari sebelum panen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar