Metode Pananaman Padi Dengan System of Rice Intentification (SRI) - academia ENGINEERING

Artikel Terbaru

Iklan

Iklan Atas Post

Ads Here Call 08562670757

Minggu, 24 Februari 2019

Metode Pananaman Padi Dengan System of Rice Intentification (SRI)



Kebijakan pengelolaan irigasi berperan untuk mendukung produktifitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian, ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Permasalahan dalam sumber daya air telah banyak terjadi perubahan dimana tingkat kehandalan sumber daya air semakin menurun, kwalitas air menurun, meningkatnya permintaan air, kompetisi penggunaan air, rendahnya efesiensi irigasi, kwalitas dan kwantitas rendah.
Kebutuhan air irigasi yang sangat besar tersebut telah menimbulkan persaingan pemakaian secara kuantitatif maupun secara kualitatif dengan kepentingan lainnya seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Disisi lain terasa pula adanya keterbatasan ketersediaan air irigasi baik aspek kwantitatif maupun aspek kualitatif, karena itu sejak dini harus disiapkan berbagai upaya untuk meningkatkan penggunaan efesiensi air irigasi dan meningkatkan nilai ekonomi air irigasi. Salah satu usaha untuk menghemat air irigasi untuk pertanian adalah dengan penanaman padi sawah metode SRI (System of Rice Intensification).
SRI (System of Rice Itensification) merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Metode ini pertama kali ditemukan oleh biarawan Yesuit asal Perancis bernama FR. Henri de Laulani, SJ Sekitar antara tahun 1983-1984. Oleh penemunya metodologi ini selanjutnya dalam bahasa perancis dinamakan Le System de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Ø  Prinsip-prinsip dasar metode SRI
1.  Pengolahan Tanah
Untuk mendapat media tumbuh yang baik maka lahan diolah seperti tanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25-30 cm sambil membenamkan sisa- sisa tanaman dan rumput-rumputan kemudian digemburkan dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yang sempurna lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat air diberikan ketinggian di petakan sawah akan merata. Sangat di anjurkan pada waktu pembajakan diberikan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau). Buatlah parit kecil disekeliling dalam dari petak sawah dan melintang di tengah sawah. Parit ini berfungsi untuk mengendalikan air (drainase) dalam petak sawah. Lebar parit 20 cm dan kedalaman tidak kurang 30 cm. Untuk mendapat sistem drainase yang baik dan hasil optimal, petak sawah 2 hari sekali diairi hingga macak-macak agar mikroba berfungsi secara maksimal karena memperoleh udara (oksigen) yang cukup.
Pembuatan parit sebaiknya dilakukan dalam keadaan tanah yang tidak berair dan agak kering agar pembentukannya mudah serta tidak turun (longsor lagi).
2.  Pemilihan Benih Bernas Dengan Larutan Garam
Untuk mendapat benih yang bermutu baik/bernas maka perlu dilakukan pemilahan walaupun benih tersebut dihasilkan sendiri maupun benih berlabel, yaitu dengan menggunakan larutan garam dengan langkah-langkah sebagai  berikut :
(1)  Masukan air ke dalam ember kemudian masukkan garam lalu diaduk sampai larut, jumlah garam dianggap cukup bila telur itik dapat mengapung.
(2) Masukkan benih padi ke dalam ember kemudian dipisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Selanjutnya benih yang teggelam/yang bermutu dicuci air sampai bersih.
3.  Perendaman Dan Penganginan Benih
Setelah uji benih selesai proses berikutnya adalah sebagai berikut :
(1)  Benih yang bermutu (tenggelam) direndam dalam air bersih selama 24 – 48 jam. (2)  Setelah direndam, dianginkan (ditiris) selama 24 – 48 jam sampai berkecambah.
4.  Penanaman
Pola penanaman metode SRI adalah bujur sangkar 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih jarang lagi misalkan sampai 50 x 5  cm pada tanah subur. Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak. Bibit ditanam pada umur 5-15 hari (berdaun 2) setelah semai, dengan jumlah benih perlubang satu (tanam tunggal) dan dangkal 1–1,5 cm serta posisi peranakan seperti huruf L.
5.  Pemupukan
Takaran pupuk anorganik ( kimia ) mengikuti anjuran dinas Pertanian/PPL Atau kebiasaan setempat. Dibawah ini contoh pemupukan yang dilakukan pada demplot SRI di Pringgata MT – 12004/2005 sebagai berikut :
(1)  Pemupukan 1 pada umur 7–15 hari HST dengan dosis urea 125 kg/ha, SP-36 100 kg/ha.
(2)  Pemupukan II pada umur 25–30 HST dengan dosis urea 125 kg/ha.
(3)  Pemupukkan III pada umur 35–40 HST dengan dosis ZA 100 kg/ha jika tanaman belum bagus.
Metode SRI sangat menganjurkan pemakaian pupuk organik (pupuk kandang kompos atau pupuk hijau daun), penggunaan pupuk organik selain memperbaiki struktur tanah juga bisa mengikat air/menghemat air.
Ø  Pemberian Air Metode SRI
Secara  tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Memang benar, bahwa padi mampu bertahan dalam air yang tergenang. Namun sebenarnya air menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga. Saat itu akar mengalami die back (akar hidup tapi bagian atas mati).
Keadaan ini disebut juga “senescence“, yang merupakan proses alami, tapi menunjukan tanaman sulit bernafas, sehingga menghambat fungsi dan pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, petani hanya memakai kurang dari ½ kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama tahap vegetatip, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar.
Sesekali (mungkin seminggu sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara mampu masuk kedalam tanah dan mendorong akar untuk “mencari“ air. Sebaiknya jika sawah digenangi, akar akan sulit tumbuh dan menyebar, serta kekurangan oksigen untuk dapat tumbuh dengan subur.
Dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0.5 cm), yang dikombinasikan dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehngga dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Pada sawah yang tergenang, di akar padi akan terbentuk kantung udara (aerenchyma) yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena kantong udara ini mengambil    30-40 % korteks akar, maka dapat berpotensi menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman.
Penggenangan dapat dilakukan sebelum pengairan untuk mempermudah pengairan. Selain itu, pengairan air paling baik dilakukan pada sore hari  (bila hari itu tidak hujan), sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokanharinya. Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari, sebaiknya sawah yang digenangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya menyerap sedikit panas yang diprlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya, setelah pembungaan sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan dipraktek tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Bawah Post

Ads Here Call 08562670757