Apa itu Pemanasan Global?
Pemanasan Global adalah proses kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi. Ada
petunjuk hal itu terjadi akibat peningkatan jumlah emisi (buangan) Gas Rumah Kaca (GRK) di udara.
Panel antar pemerintah mengenai perubahan iklim atau Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC)[1]
melaporkan bahwa suhu rata-rata
permukaan bumi meningkat sekitar 0,6°C pada abad ke-20 dibandingkan suhu pada
tahun 1750, saat awal proses industrialisasi. Angka 0,6°C nampaknya merupakan
perubahan yang kecil. Namun perubahan kecil itu mulai menimbulkan dampak yang merugikan
bagi kehidupan kita.
Apa Penyebab Pemanasan Global ?
Pemanasan Global terjadi karena peningkatan jumlah Gas
Rumah Kaca (GRK) di lapisan udara dekat permukaan bumi (atmosfer). Gas tersebut
memperangkap panas dari matahari sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas
dan akhirnya lebih panas daripada suhu normal.
Apa Itu Gas Rumah Kaca (GRK)?
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas di
udara di atas lapisan permukaan bumi (atmosfer) yang memungkinkan sebagian
panas dari matahari ditahan di atas permukaan bumi. Secara alami gas-gas rumah
kaca ini juga memancarkan kembali panas
matahari agar tidak semuanya diserap bumi tetapi juga agar sebagian diserap
bumi. Dengan demikian gas rumah kaca
membuat suhu di bumi pada titik yang layak huni bagi makhluk hidup. GRK secara alami juga menjaga agar iklim menjadi
stabil.
Namun meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca akan
menyebabkan pemanasan global. GRK terdiri
dari beberapa unsur, diantaranya :
·
Karbon dioksida (CO2), dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil
(seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara) untuk mendapatkan energi,
selain kebakaran hutan dan lahan.
·
Nitroksida (N2O), dihasilkan dari
penggunaan pupuk kimia pada pertanian.
·
Metana (CH4) dihasilkan dari
pembusukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, sawah tergenang, ternak dan
gas daerah rawa.
Mengapa Emisi Gas Rumah Kaca Meningkat?
Emisi GRK berasal dari kegiatan
manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (seperti
minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan gas alam). Pembakaran bahan bakar fosil
sebagai sumber energi untuk listrik,
transportasi, dan industri akan menghasilkan karbondioksida dan gas rumah kaca
lain yang dibuang ke udara.
Proses ini meningkatkan efek rumah kaca. Emisi yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil menyumbang 2/3 dari total emisi
yang dikeluarkan ke udara. Sedangkan 1/3 lainnya dihasilkan kegiatan manusia
dari sektor kehutanan, pertanian, dan sampah.
Perubahan Iklim adalah perubahan pola
perilaku iklim dalam kurun waktu
tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Ini bisa terjadi karena
efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan
manusia. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh
terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan
iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan
curah hujan.
Apa Dampak Perubahan Iklim?
Perubahan
iklim menimbulkan perubahan pada pola musim
sehingga menjadi sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini
meningkatkan intensitas curah hujan yang berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan
belahan bumi yang lain bisa mengalami
musim kering yang berkepanjangan, karena kenaikan suhu dan turunnya kelembaban.
Selanjutnya perubahan iklim
akan berdampak pada kehidupan kita seperti:
·
Ketahanan Pangan Terancam – Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat
banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta angin
yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen dan jangka waktu
penanaman. Peningkatan suhu 10C diperkirakan menurunkan panen padi sebanyak 10%.
·
Dampak Lingkungan – Banyak jenis
makhluk hidup akan terancam punah akibat
perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi
ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati
karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies
dapat menjadi punah di enam wilayah bumi
pada 2050. Keenam
wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi.
·
Risiko Kesehatan – Cuaca yang ekstrim akan
mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan penyakit lama. Badan
Kesehatan PBB memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat
perubahan iklim sudah menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan
demam berdarah diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia.
·
Air – Ketersediaan air
berkurang 10%-30% di beberapa kawasan
terutama di daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat
musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.
·
Ekonomi – Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir
Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau
20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern
mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara
miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan
ekonomi. Ia menjelaskan bahwa
dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya
5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim.
·
Dampak sosial, budaya dan politik. Bencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di
dalam suatu negara maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang
menjadi miskin dan tercerabut dari akar sosial dan budaya mereka, terutama
hubungan dengan tanah leluhur dan kearifan budaya mereka. Di sisi lain, krisis
pangan, air dan sumberdaya, serta peningkatan jumlah pengungsi akan menimbulkan
konflik horizontal sehingga bisa memicu konflik politik di dalam negara maupun
antar negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar